Wanita Dermaga: Mengais Rejeki Menjual Kopi

        Damariotimes. Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Tidak terbayangkan jika wanita harus memilih pekerjaan yang berat, sungguh pun bukan seperti wanita di Bali yang jadi tukang batu, atau di pasar Bringharjo sebagai kuli gendong.
Di atas tanggul dermaga, segelas kopi panas di acungkan pembeli (foto ist.)
        Di pelabuhan Merak Banyuwangi ini ada wanita yang menjual kopi di tepi tanggul dermaga. Dia berteriak-teriak pada penumpang yang naik ke dek kapal fery, "kopi, kopi, kopi,". Dari tanggul dermaga itu membawa berbagai jenis kopi saset dan tremos air panas. Setiap penumpang yang berminat membeli minuman hangat dilayani dengan cara menyodorkan minuman yang telah diseduh dengan sebuah tongkat, diujungnya diikat kaleng aluminium bekas rokok. Pembeli tinggal mengambil kopi yang telah diseduh pada gelas plastik, berikutnya pembeli memasukan uang di dalam kaleng itu pula. Dengan semangat menerima pesanan, wanita tidak menghiraukan dinginnya angin pantai yang bertiup kencang, penumpang yang telah mengambil kopinya bergegas segera pergi, karena angin demikian kencang.
        Wanita penjual kopi di tanggul dermaga pelabuhan Ketapang itu sebuah gambaran, pekerjaan yang halal, tapi melawan kelayakannya sebagai wanita, dan juga telah mengabaikan cita-cita setiap wanita yang ingin tampil cantik, anggun, atau duduk manis menikmati fasilitas kerja yang membuat semua orang kagum.
        Wanita penjual kopi di dermaga tentu tidak satu, dia juga punya rival penjual kopi laki-laki yang lebih kuat, lebih tahan terhadap terpaan angin pantai yang kencang. Wanita itu telah meminjam tubuh laki-laki untuk mendapatkan penghasilan untuk menopang kebutuhan hidup keluarganya.
 
 
Reporter : R. Hidajat
Editor     : Muhammad Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk " Wanita Dermaga: Mengais Rejeki Menjual Kopi"