Cak Sunandri Ludruk Menjadi Ladang Hidup untuk Menggali Rejeki

Cak Sunandri dijumpai di rumahnya, sedang santai menikmati hidup seperti orang-orang kaya di lakon Ludruk (foto Ist.)
             DAMARIOTIMES - Pemain ludruk Malang yang satu ini bernama Cak Sunandri, lahir di Desa Ndokosari Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang pada tahun 1952. Orang tunyanya bernama Pak Jotumin dan mbok Kusnah. Orangnya tinggi besar, perannya menjadi tokoh-tokoh yang keras, gagah, dan berwibawa. Wataknya mendekati karakter orang madura, sehingga seringkali memerankan Pengeran Cakraningrat.

Cak Nandri, demikian panggilan akrap dilingkungan teman-teman ludruk. Dalam suatu acara yang santai Cak Nandri mengaku, bahwa  ikut ludruk hanya untuk mencari kesenangan, hobby. Namun setelah menikah dengan seroang gadis bernama Mardiah. Maka Cak Nandri menyadari, bahwa menjadi aktor ludruk itu merupakan profesi.

Panggung ludruk itulah ladang hidup yang dapat mendatangkan rejeki. Penghasilannya selama menjadi pemain ludruk dapat membiayai anak istri. Bahkan dapat  membangun rumah, dan menyekolahkan dua anaknya; Eko Condro Beni Wahyudi menjadi polisi, dan yang kedua; Sulistyawan bekerja di Pertambangan Batubara di Kalimantan.

Cak Nandri: menjadi pemain ludruk; dari hobby menjadi profesi (foto Ist.)
             Pemain ludruk seangkatan dan berasal dari kampung yang sama, yaitu dari Desa Ndokosari Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang, yaitu: Cak Cak Chatam Ar., Cak Kamari, Cak Slamet, Cak Eko Yahudi dan Slamet Nety. Mereka adalah tokoh-tokoh pemain ludruk yang sangat luar biasa, bahkan permainan mereka memiliki kelebihan masing-masing. Pada waktu tahun 1970-an, sepak terjang para pemain itu seperti berlomba untuk mencapai rekor popularitas. Demikian juga Cak Nandri, selalu berusaha untuk menjadi aktor ludruk yang baik. Karena penggembar ludruk itu merupakan aset yang sangat besar bagi kelangsungan perkumpulan. Jika perkumpulan ludruk yang tampil, dan gosif nya sudah menyebar, bahwa malam ini akan tampil lakon Sawunggaling, dan Cak Nandri menjadi pemeran Cakraningrat. Sudah dapat dipastikan penonton akan berjejal-jejal, baik tua ataupun muda.

Tahun 1970 di Ndokosari berdiri ludruk Dharma Bakti pada waktu itu pemainnya Cak Markasan, Cak Sameri, Pak Dul Kacong. Cak Nandri juga ikut bergabung. Ludruk kampung ini menjadi bagian dari perjalanan hidupnya menjadi seniman. Sungguhpun tidak lama, karena harus mengikuti dinamika kehidupan seniman ludruk yang berpindah dari perkumpulan yang satu ke perkumpulan yang lain, pemeran  Pak Tasmija dan Pak Selor ini pernah bergabung dengan ludruk Wijaya Kusuma Unit III, Ludruk Persada, ludruk Trijaya,Ludruk Taruna Budaya, Ludruk Wijaya Kusuma Unit II, Ludruk Orkanda, Ludruk Subur Budaya, Ludruk Malinda dan sekarang ikut semua ludruk SE Malang Raya.



Reporter          : Marsam Hidajat
Editor              : Harda Gumelar

Posting Komentar untuk "Cak Sunandri Ludruk Menjadi Ladang Hidup untuk Menggali Rejeki"