Sukani, Perajin Topeng Dari Desa Tulus Besar Tumpang

 

DAMARIOTIMES - Pembuat topeng di Malang tidak seperti di Bali, setiap Desa di Bali ada perajin yang profesional, bahkan ada yang sudah berkembang menjadi industri. Topeng-topeng buatan seniman secara kolektif di kumpulkan melalui koperasi, atau ada pengepul yang mengambil, kemudian di pasok ke pasar seni, galeri, atau dikirim ke luar Bali. Bahkan telah menjadi industri kreatif yang diekspor ke mancanegara.


Sukani dan karyanya: topeng patih (Foto: Robby)


Pembuat topeng di Malang tidak atau belum menjadi sentra industri. Perajin topeng di Malang umumnya dikerjakan secara perorangan, dan satu dengan yang lain tidak mempunyai hubungan.

Pembuat topeng yang paling tua dikabarkan berasal dari Desa Polowijen (Kota Malang) bernama Reni, keturunannya tersebar di daerah Malang bagian Timur, di Desa Jabung hingga ke Glagahdowo. Desa-desa di Malang bagian timur tersebut terdapat perajin yang bernama Kangsen, Suparjo, Jayadi, Rasimoen. Perajin topeng di Malang bagian selatan, di desa Kedungmonggo Karimoen, yang kini anak cucu dan masyarakat di Kedungmonggo telah banyak yang menekuni sebagai perajin.

Hampir semua perajin tidak mempunyai relasi yang kontinu dapat memasarkan karya-karyanya. Sungguhpun para perajin yang produktif selalu ada yang datang untuk membeli. Salah satunya adalah perajin yang berada di daerah Malang bagian Timur yang memiliki cerita unik adalah Sukani (75 th.), penduduk Desa Tulus Besar Tumpang.

Sukani merupakan perajin topeng yang baru saja merasa mampu membuat topeng, pada waktu muda, ketika masih bekerja sebagai tukang kayu tidak bisa membuat topeng. Berkali-kali di coba, namun tidak pernah dapat. Bahkan telah merasa putus asa. Dia merasa kecewa, karena ayah dan saudara-saudaranya adalah perajin topeng pada zamannya.

Ketika, Sukani merasa sudah tidak lagi mampu bekerja sebagai tukang kayu. Keinginannya untuk membuat topeng itu timbul kembali. Dia menceritakan pada Damariotime; pada suatu ketika, Sukani pergi ke sebuah lahan pertanian (tegalan), waktu itu bekas kebanjiran, karena semalam turun hujan yang sangat deras sekali. Di sebuah selokan terdapat sepotong kayu yang melintang, tampaknya kayu itu telah menghalangi lajunya air selokan. Tanpa memikirkan sesuatu, Sukani membawanya kayu tersebut pulang. Setelah di rumah, perasaan Sukani tidak tenang. Tiba-tiba Sukani menyuruh putranya untuk meminjamkan topeng dari saudaranya yang tinggal di Precet.

Sukani, pada waktu muda memang pernah tinggal di Precet, bersama orang tuanya. Pada waktu itu juga pernah belajar menari topeng. Oleh karena itu, niatnya untuk membuat topeng timbul kembali, dan berniat untuk meminjam topeng Klana.

Sukani setelah mendapatkan pinjaman topeng dari saudranya itu, masih merasa ragu-ragu. Namun hasratnya membuat topeng juga tidak dapat dikendalikan. Kayu yang didapatkan dari sungai itu kemudian dipotong, dibelah, dan dijadikan beberapa bagian. Entah dengan energi apa, tiba-tiba Sukani dengan lancar, padahal waktu itu belum punya alat yang memadai, hanya sebuah pisau.

Dalam waktu 3 hari, Sukani mampu membuat dua topeng; Gunungsari dan Ragil Kuning. Bahkan semangatnya semakin bertambah, karena Sukani yang sudah mulai tahun 1990-an berkeinginan membuat topeng belum terlaksana. Untuk itu anugerah tersebut benar-benar disyukuri. Sukani bertekat untuk terus membuat topeng, dan kini topengnya telah tersebar di berbagai kolektor. Selain dari telah memamerkan karya-karyanya di berbagai Kota besar di Indonesia.


Reporter          : Harda Gumelar
Editor               : Robby Hidajat 


Posting Komentar untuk "Sukani, Perajin Topeng Dari Desa Tulus Besar Tumpang"