Tim Ahli Universitas Negeri Malang (UM) Kaji Koleksi Topeng Berusia Ratusan Tahun di Museum Mpu Tantular

 

Prof. Dr, Robby Hidajat, M.Sn. dan Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si. serta staf  seksi koleksi dan konservasi Museum Mpu Tantular (Foto ist.)


Damariotimes. SIDOARJO – Tgl 17 Septermber 2025. Dalam upaya melestarikan dan mendalami kekayaan budaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur melalui UPT Museum Negeri Mpu Tantular mengundang Tim Ahli dari Universitas Negeri Malang (UM) untuk mengkaji koleksi topeng etnografika. Tim ahli ini terdiri dari Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn., dan Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si., yang berasal dari Departemen Seni dan Desain UM. Kegiatan kajian ini berlangsung dari tanggal 17 hingga 19 September 2025.

Pada hari pertama, tim ahli disambut oleh Kepala Museum Mpu Tantular, Bapak Sadari, S.Sn. Menurut Sadari, koleksi topeng yang ada di museum ini belum pernah dikaji secara intensif, padahal memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi. "Kajian mendalam sangat diperlukan agar masyarakat dan lembaga museum sendiri bisa memahami lebih baik koleksi ini," jelas Sadari, yang merupakan alumni Kriya Kayu ISI Yogyakarta.

Tim ahli UM memulai pekerjaan mereka dengan observasi di laboratorium museum tempat koleksi topeng disimpan. Dengan teliti, mereka mengamati setiap topeng yang terhampar dan memilahnya berdasarkan aspek visual, dan kondisi fisik topeng. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 11.00 hingga 15.00 WIB dan dibantu oleh mahasiswa jurusan sejarah dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) yang sedang magang. Selama aktivitas observasi diberikan fasilitas penuh oleh Ida Yoelianti, .Sos., M.M. Kepala Seksi Koleksi dan Konservasi Museum MPU Tantular beserta staf.  

Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si. mengungkapkan bahwa koleksi topeng di museum ini sangat beragam. "Ada banyak variasi dari segi ukuran, jenis, dan karakternya," ujarnya. Sementara itu, Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn., menambahkan bahwa ada dua jenis koleksi besar yang ditemukan: wayang topeng Malang dan wayang topeng Daleng atau topeng Getak dari Madura.

"Usia topeng-topeng ini diperkirakan sudah mencapai 100 tahun. Tentunya, ini adalah koleksi yang sangat berharga," tegas Prof. Robby.

Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai koleksi topeng museum, serta menjadi landasan bagi pengembangan informasi koleksi museum agar lebih sesuai dengan kebutuhan zaman dan dapat diakses oleh masyarakat luas.

 

Prof. Dr, Robby Hidajat, M.Sn. dan Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si.
mendiskusikan perbedaan topeng satu dan yang lain (Foto ist.)

Pentingnya Kajian Etnografika Topeng

Kajian terhadap koleksi etnografika seperti topeng adalah langkah penting dalam pelestarian budaya. Topeng bukan hanya artefak biasa, melainkan cermin dari nilai-nilai budaya, sejarah, dan seni dari masyarakat di masa lalu. Dengan mengkaji ragam hias, bahan, dan karakter topeng, para peneliti dapat mengungkap cerita di baliknya, termasuk asal-usul, fungsi, serta perkembangannya.

Selain itu, hasil kajian ini akan menjadi bekal berharga bagi Museum Mpu Tantular untuk memperkaya narasi dan informasi yang disajikan kepada pengunjung, sehingga edukasi dan pengalaman berkunjung menjadi lebih bermakna. Langkah ini juga mendukung upaya pemerintah provinsi Jawa Timur untuk melestarikan aset budaya yang kaya, memastikan bahwa warisan tak benda ini tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang.

 

Reporter : MAH

 

 

10 komentar untuk "Tim Ahli Universitas Negeri Malang (UM) Kaji Koleksi Topeng Berusia Ratusan Tahun di Museum Mpu Tantular"

  1. Kajian terhadap koleksi etnografika seperti topeng adalah langkah penting dalam pelestarian budaya.

    BalasHapus
  2. Artikel ini sangat informatif karena menyoroti kerja sama antara Universitas Negeri Malang dan Museum Mpu Tantular dalam mengkaji topeng etnografika bersejarah. Upaya ini menunjukkan kepedulian terhadap pelestarian budaya dan peninggalan seni tradisional Indonesia.

    BalasHapus
  3. Zahra Puspa Kirana12 Oktober 2025 pukul 07.32

    Kajian ini tidak hanya membantu melestarikan artefak bersejarah, tetapi juga membuka wawasan baru mengenai teknik pembuatan, fungsi, serta nilai simbolik topeng tersebut dalam kehidupan masyarakat pada masa lalu.

    BalasHapus
  4. Sangat menarik melihat bagaimana teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat membantu dalam kajian budaya dan sejarah, terutama koleksi topeng kuno seperti di museum mpu tantular ini

    BalasHapus
  5. Kerja sama tim ahli UM dan Museum Mpu Tantular dalam mengkaji koleksi topeng etnografika berusia ratusan tahun merupakan upaya vital dalam pelestarian warisan budaya yang sangat berharga. Kajian mendalam ini krusial untuk memperkaya narasi museum dan memastikan informasi mengenai Wayang Topeng Malang dan Madura tetap hidup serta relevan bagi masyarakat luas.

    BalasHapus
  6. Tim Ahli Universitas Negeri Malang (UM) Kaji Koleksi Topeng Berusia Ratusan Tahun di Museum Mpu Tantular
    Penelitian tim ahli UM ini sangat penting dalam menjaga dan memahami nilai sejarah serta budaya yang terkandung dalam koleksi topeng kuno. Kajian ini tidak hanya melestarikan artefak material, tetapi juga memperkuat identitas budaya serta pengetahuan tradisional masyarakat.

    BalasHapus
  7. Pristiwati Handayani Septania PSP 2521 Oktober 2025 pukul 00.58

    Artikel ini sangat bermanfaat dan mudah dimengerti bagi kami, Penelitian tim ahli UM ini sangat penting untuk menjaga, memahami nilai sejarah sekaligus budaya yang ada

    BalasHapus
  8. Regita Cahya Nirmawati3 Desember 2025 pukul 03.10

    Kajian ini dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai koleksi topeng museum, serta menjadi landasan bagi pengembangan informasi koleksi museum agar lebih sesuai dengan kebutuhan zaman dan dapat diakses oleh masyarakat luas.

    BalasHapus
  9. Kerja sama antara UM (sebagai institusi pendidikan dan penelitian) dan Museum Mpu Tantular (sebagai institusi pelestarian dan pameran) adalah contoh ideal sinergi dalam menjaga dan mengkaji warisan bangsa.

    BalasHapus
  10. Topeng bukan hanya artefak biasa, melainkan cermin dari nilai-nilai budaya, sejarah, dan seni dari masyarakat di masa lalu

    BalasHapus