Menguak Kisah di Balik Topeng Kuno, Museum Mpu Tantular dan UM Kolaborasi Demi Lestarikan Budaya Nusantara

 

mengidentivikasi topeng-topeng yang berusia lebih dari 100 tahun (foto ist.)


Damariotimes. SIDOARJO – 18 September 2025. Dalam upaya melestarikan dan mendalami kekayaan budaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur melalui UPT Museum Negeri Mpu Tantular mengundang tim ahli dari Universitas Negeri Malang (UM) untuk mengkaji koleksi topeng etnografika. Kajian yang berlangsung dari 17 hingga 19 September 2025 ini bertujuan untuk mengungkap informasi mendalam dari koleksi topeng yang selama ini belum pernah diteliti secara intensif.

Tim ahli yang digandeng adalah Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn., dan Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si., dari Departemen Seni dan Desain UM. Menurut Bapak Sadari, S.Sn., Kepala UPT Museum Mpu Tantular, menjelaskan; kajian ini sangat penting agar masyarakat dan lembaga museum dapat memahami koleksi ini dengan lebih baik."Koleksi topeng yang ada di museum ini belum pernah dikaji secara intensif. Kajian mendalam sangat diperlukan agar masyarakat dan lembaga museum sendiri bisa memahami lebih baik koleksi ini," jelas Sadari.


kerja di stodio museum Mpu Tantular (Foto ist.)


Menyelami Koleksi Berharga di Laboratorium Museum

Kegiatan dimulai dengan observasi di laboratorium museum, tempat koleksi topeng disimpan. Dengan teliti, tim ahli UM mengamati dan memilah topeng berdasarkan aspek visual dan kondisi fisiknya. Selama proses ini, Kepala Seksi Koleksi dan Konservasi Museum Mpu Tantular, Ida Yoelianti, S.Sos., M.M., memberikan fasilitas untuk kerja tim secara penuh beserta stafnya.

Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si., mengungkapkan; koleksi topeng di museum ini sangat beragam. Berdasarkan pengukuran dan penimbangan, terdapat banyak variasi. Sementara itu, Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn., menambahkan bahwa ada dua jenis koleksi utama yang ditemukan, yaitu wayang topeng Malang dan wayeng topeng Daleng atau topeng Getak dari Madura. "Usia topeng-topeng peninggalan dari Godfried von Faber ini sangat berharga," tegas Prof. Robby, merujuk pada pendiri museum yang awalnya bernama Stedelijk Historisch Museum Soerabaia.


topeng-topeng kuno berasal dari Malang (Foto ist.)


Manfaat Kajian untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Kajian koleksi topeng ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan mendalam, menjadi landasan bagi pengembangan informasi koleksi museum agar lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Dengan demikian, koleksi berharga ini dapat diakses oleh masyarakat luas dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan budaya. Kolaborasi antara Museum Mpu Tantular dan UM ini membuktikan bahwa pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya untuk masa kini, tetapi juga untuk generasi mendatang.

Reporter : MAH

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5 komentar untuk "Menguak Kisah di Balik Topeng Kuno, Museum Mpu Tantular dan UM Kolaborasi Demi Lestarikan Budaya Nusantara"

  1. Aura Shafa Pramadhita22 September 2025 pukul 23.50

    Kerja sama antara Museum Mpu Tantular dan Universitas Negeri Malang dalam mengulas koleksi topeng kuno merupakan langkah penting untuk melestarikan dan mendalami warisan budaya yang terancam terlupakan.

    BalasHapus
  2. Naslihna Fatimah Az Zahra23 September 2025 pukul 03.47

    Artikel “Menguak Kisah di Balik Topeng Kuno, Museum Mpu Tantular dan UM Kolaborasi Demi Lestarikan Budaya Nusantara” menunjukkan pentingnya sinergi antara lembaga pendidikan dan museum dalam menjaga warisan budaya, sekaligus membuka ruang pembelajaran yang lebih kontekstual bagi generasi muda.

    BalasHapus
  3. Artikel ini bagus karena menunjukkan kerja sama antara Museum Mpu Tantular dan Universitas Negeri Malang dalam melestarikan topeng kuno sebagai warisan budaya Nusantara.

    BalasHapus
  4. Zahra Puspa Kirana12 Oktober 2025 pukul 07.35

    contoh bagus bagaimana kekayaan budaya Indonesia perlu dirawat bersama-sama agar tidak hilang ditelan zaman.

    BalasHapus
  5. Artikel ini membuka wawasan tentang pentingnya peran museum sebagai pusat edukasi sekaligus pelestarian budaya, terutama dengan dukungab akademis dari universitas

    BalasHapus