![]() |
wawabcara dengan seniman (Foto ist.) |
Damariotimes. Wawancara adalah
tulang punggung banyak penelitian, sebuah jembatan vital yang menghubungkan
peneliti dengan kekayaan pengalaman dan perspektif narasumber. Namun, proses
ini jauh dari sekadar daftar pertanyaan yang statis. Di lapangan, kita sering
dihadapkan pada realitas bahwa setiap narasumber adalah individu yang unik,
dengan kebiasaan, preferensi, dan bahkan suasana hati yang berbeda. Ini
menuntut fleksibilitas, kepekaan, dan kemampuan adaptasi yang tinggi dari
seorang peneliti. Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk memastikan wawancara
berjalan efektif, terlepas dari dinamika situasional yang muncul?
Persiapan yang Komprehensif: Lebih
dari Sekadar Pertanyaan
Sebelum melangkah ke lapangan,
persiapan yang matang adalah kunci. Ini bukan hanya tentang merumuskan
pertanyaan, tetapi juga membangun kerangka kerja yang kuat.
- Pahami Tujuan Penelitian Anda Secara Mendalam: Sebelum bertanya kepada orang lain, kita harus sangat
jelas tentang apa yang ingin kita ketahui. Apa hipotesis yang ingin kita
uji? Informasi spesifik apa yang kita butuhkan dari narasumber? Kejelasan
tujuan ini akan memandu kita dalam merumuskan pertanyaan yang relevan dan
menggali informasi yang substansial.
- Riset Latar Belakang Narasumber: Jika memungkinkan, luangkan waktu untuk mencari tahu
tentang narasumber Anda. Apa latar belakang mereka? Bidang keahlian
mereka? Adakah publikasi atau kegiatan yang relevan dengan topik
penelitian Anda? Pengetahuan ini tidak hanya membantu kita mengajukan
pertanyaan yang lebih cerdas, tetapi juga menunjukkan rasa hormat dan
keseriusan kita. Ini juga dapat membantu kita mengidentifikasi potensi
area sensitif yang perlu didekati dengan hati-hati.
- Siapkan Panduan Wawancara Fleksibel: Susun daftar pertanyaan inti, tetapi jangan terpaku
padanya. Anggaplah itu sebagai panduan, bukan skrip yang kaku. Kita harus
siap untuk melenceng dari pertanyaan yang telah disiapkan jika percakapan
mengarah pada informasi yang berharga dan relevan. Pertanyaan terbuka
(misalnya, "Bisakah Anda ceritakan lebih lanjut tentang...?"
atau "Bagaimana perasaan Anda tentang...?") akan mendorong
narasumber untuk berbicara lebih banyak dan memberikan detail yang kaya.
- Pertimbangkan Logistik: Pastikan Anda memiliki semua peralatan yang
diperlukan—alat perekam yang berfungsi baik, catatan, pena, dan mungkin
kamera jika diizinkan dan relevan dengan penelitian. Konfirmasikan waktu
dan lokasi wawancara, serta pastikan Anda tiba tepat waktu.
Di Lapangan: Seni Berinteraksi dan
Beradaptasi
Ketika kita sudah berhadapan
langsung dengan narasumber, inilah saatnya untuk mengaktifkan keterampilan
interpersonal dan adaptasi.
- Bangun Rapport Sejak Awal: Kesan pertama sangat penting. Mulailah dengan sapaan
hangat, perkenalkan diri Anda dan tujuan penelitian Anda dengan jelas.
Luangkan waktu sejenak untuk berbasa-basi ringan—tentang cuaca, perjalanan
mereka, atau hal-hal netral lainnya. Ini membantu narasumber merasa nyaman
dan mengurangi ketegangan awal. Rasa nyaman ini adalah fondasi bagi
percakapan yang jujur dan terbuka.
- Jadilah Pendengar yang Aktif: Wawancara bukan hanya tentang mengajukan pertanyaan,
tetapi juga tentang mendengarkan dengan saksama. Beri perhatian penuh pada
apa yang dikatakan narasumber, baik secara verbal maupun non-verbal.
Gunakan isyarat non-verbal seperti anggukan kepala, kontak mata yang
sesuai, dan ekspresi wajah yang menunjukkan minat. Jangan menyela atau
terburu-buru untuk mengajukan pertanyaan berikutnya. Terkadang, jeda
sejenak dapat mendorong narasumber untuk menambahkan detail penting.
- Fleksibilitas dan Adaptasi terhadap Kebiasaan
Narasumber: Inilah inti dari tantangan
situasional.
- Narasumber yang Cepat Bosan atau Tidak Fokus: Jika narasumber menunjukkan tanda-tanda
ketidakfokusan atau bosan, cobalah ubah strategi. Ajukan pertanyaan yang
lebih spesifik atau yang memerlukan jawaban singkat. Libatkan mereka
dengan studi kasus atau skenario hipotetis. Ubah posisi duduk jika
memungkinkan.
- Narasumber yang Pendiam atau Sulit Bicara: Berikan mereka waktu dan ruang. Ajukan pertanyaan
terbuka yang sangat luas untuk memberi mereka kesempatan untuk berbicara.
Jika mereka tetap diam, cobalah reformulasi pertanyaan Anda atau berikan
contoh untuk memicu ingatan atau pemikiran mereka. Terkadang, pertanyaan
seperti "Apakah ada hal lain yang ingin Anda tambahkan?" bisa
sangat efektif.
- Narasumber yang Terlalu Banyak Bicara atau Melenceng: Biarkan mereka berbicara sebentar, tetapi dengan sopan
arahkan kembali percakapan ke topik yang relevan. Anda bisa mengatakan,
"Itu menarik sekali, Bapak/Ibu. Terkait dengan poin yang tadi
Bapak/Ibu sebutkan tentang [topik relevan], bisakah kita kembali ke sana
sebentar?" atau "Untuk memastikan kita mencakup semua aspek
penting, mari kita bahas tentang [topik berikutnya] sekarang."
- Narasumber yang Sensitif atau Enggan Berbagi Informasi
Tertentu: Hormati batasan mereka. Jika
ada pertanyaan yang mereka hindari, jangan memaksakan. Anda bisa mencoba
mendekati topik dari sudut pandang yang berbeda atau mencatat bahwa itu
adalah area yang perlu ditangani dengan kehati-hatian. Selalu jaga etika
penelitian dan kerahasiaan informasi.
- Perhatikan Bahasa Tubuh: Bahasa tubuh narasumber dapat memberikan petunjuk
penting tentang kenyamanan, keengganan, atau bahkan kejujuran mereka.
Perhatikan ekspresi wajah, posisi tubuh, dan gerakan tangan. Ini akan
membantu Anda menyesuaikan pendekatan.
- Jangan Takut Menggali Lebih Dalam: Jika ada pernyataan yang menarik atau kurang jelas, jangan
ragu untuk meminta klarifikasi atau elaborasi. Gunakan pertanyaan seperti
"Maksud Anda apa dengan itu?", "Bisakah Anda berikan
contoh?", atau "Bisakah Anda jelaskan lebih jauh mengapa Anda
berpikir demikian?". Ini menunjukkan bahwa Anda serius dalam memahami
perspektif mereka.
- Kelola Waktu dengan Bijak: Meskipun penting untuk fleksibel, kita juga harus
menjaga agar wawancara tetap berada dalam kerangka waktu yang telah
disepakati. Jika wawancara terlalu panjang, narasumber bisa lelah atau
kehilangan fokus.
Setelah Wawancara: Memastikan
Keberlanjutan Data
Pekerjaan peneliti tidak berhenti
setelah wawancara selesai.
- Ucapkan Terima Kasih dan Konfirmasi Langkah
Selanjutnya: Akhiri wawancara dengan ucapan
terima kasih yang tulus atas waktu dan informasi yang telah diberikan
narasumber. Konfirmasi apakah ada informasi tambahan yang mereka perlukan
atau apakah Anda akan menghubungi mereka kembali jika ada pertanyaan
lanjutan.
- Segera Rekapitulasi dan Catat Kesan: Secepat mungkin setelah wawancara, tinjau rekaman dan
catat poin-poin penting, kesan pribadi Anda tentang narasumber, dan
hal-hal non-verbal yang mungkin tidak terekam. Hal ini sangat penting
untuk mencegah hilangnya detail yang berharga dan memberikan konteks
tambahan saat Anda menganalisis data nantinya.
Wawancara adalah sebuah seni, bukan
ilmu pasti. Keberhasilan wawancara sebagai peneliti sangat bergantung pada
kemampuan kita untuk berempati, mendengarkan, dan beradaptasi. Dengan persiapan
yang matang, keterampilan interpersonal yang baik, dan kemauan untuk fleksibel
di lapangan, kita dapat mengubah setiap wawancara menjadi kesempatan yang kaya
untuk menggali pemahaman baru dan memperkaya penelitian kita. Ingatlah, setiap
narasumber adalah guru, dan setiap interaksi adalah pelajaran.
Tim Damariotims.
Posting Komentar untuk "Problematika sebagai Peneliti dalam Melakukan Wawancara "