Menelusuri Jejak Tradisi dan Tantangan di Sentra Kerajinan Gerabah Pagelaran, Malang

Wanita menjadi bagian utama dalam sentra gerabah di Pagelaran (Foto ist.)

 

Damariotimes. Malang, Jawa Timur - Di balik gemerlap modernitas, Desa Pagelaran di Kabupaten Malang masih menyimpan pesona tradisi yang terjaga. Di sanalah, sentra kerajinan gerabah menjadi saksi bisu warisan budaya yang diwariskan turun-temurun.

Rumah para pengrajin gerabah di Pagelaran tak ubahnya sebuah galeri seni. Beragam bentuk gerabah menghiasi halaman, teras, bahkan ruang tamu, mencerminkan perpaduan harmonis antara tempat tinggal dan tempat kerja. Efisiensi ruang menjadi kunci, di mana setiap sudut dimanfaatkan untuk menunjang proses kreatif dan memamerkan hasil karya.

Namun, di balik keindahan tradisi ini, tersembunyi pula tantangan yang tak terelakkan. Mesin penggiling tanah liat dan tungku pembakaran, yang sering kali ditempatkan di area permukiman, membawa risiko kebakaran dan polusi udara. Jalan desa pun menjadi saksi bisu proses penjemuran gerabah dan penyimpanan bahan baku, menimbulkan dilema antara kelancaran akses dan kebutuhan produksi.

Meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan, semangat para pengrajin gerabah Pagelaran tak kunjung padam. Keahlian mereka terpancar dari setiap lekuk gerabah yang dihasilkan, menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman autentik dan membawa pulang buah tangan istimewa.

Melestarikan tradisi ini bukan tanpa usaha. Diperlukan upaya serius dalam pengelolaan limbah dan infrastruktur untuk menciptakan lingkungan yang aman dan ramah bagi para pengrajin dan masyarakat sekitar. Dengan demikian, sentra kerajinan gerabah Pagelaran dapat terus berjaya, menjadi simbol warisan budaya yang tak ternilai dan kebanggaan bagi generasi mendatang.

 

Reporter  : R. Dayat

Editor      : MAH

Posting Komentar untuk "Menelusuri Jejak Tradisi dan Tantangan di Sentra Kerajinan Gerabah Pagelaran, Malang"