Panji Asean, Kolaborasi Pertahankan Identitas dalam Balutan Kreativitas

        Damariotimes. Malang, 21 Oktober 2023. Tampil 8 negara Asean merajut tampilan kolaborasi tradisi seni pertunjukan Panji. Delapan negara ASEAN yang terlibat dalam perhelatan seni pertunjukan pengukuhan hubungan multilateral, yaitu: Indonesia, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Singapura, dan Filipina. Para penari lintas negara itu berkolaborasi mewujudkan produksi seni pertunjukan berlakon Panji. Mengingat di berbagai negara tersebut tumbuh tradisi lisan tentang panji, setidaknya kisah cinta yang abadi.

Tampilan kolaborasi Panji ASEAN di Balai Kota Malang (Foto ist.)

        Pendekatan koreografi konvensional pada kolaborasi kisah Panji Semirang pada Malam Minggu yang cerah itu menjadi terbatas. Para pekerja kreatif dalam mengartikulasikan adegan demi adegan tampak terjadi pemaksaan. Hal ini dikarenakan, tidak semua negara memiliki tradisi tari berlatar belakang Panji. Setiap negara memiliki identitas tari yang khas, namun tradisi seni pertunjukan Panji seperti di Jawa tidak serta merta tumbuh sebagai bagian dari kekayaan lokal geniusnya.
        Gerak etnik dari masing-masing negara tampaknya tidak sangat dapat diandalkan, karena mempunyai memiliki perbedaan teknik-teknik gerak, sehingga tim kreatif lebih memilih memengkomposisi musik dengan mengkondisikan gerak etnik yang dapat dipadukan. Namun masih ada keraguan, bahwa tim delegasi dari negara-negara ASEAN itu masih dapat menunjukan identitasnya. Pada sisi yang lain, sebuah karya kreatif sudah barang tentu menginginkan inovasi dan kreativitas tinggi. Sehingga tampilan kolaborasi yang terkesan “tak pulang jauh menuju kembali” (tidak dapat mencapai akar budaya masing-masing etnik), bahkan terkesan “lari melampaui, terjaga mimpi” (kerja kreatif yang berlebihan, akan tetapi tak terjangkau), disamping terjadinya kesan terpenggal-penggal, karena proses membutuhkan waktu inkubasi yang cukup.
        Kondisi tampilan seni pertunjukan kolaborasi malam itu,  penonton memenuhi setengah lingkar jalan di depan balai kota Malang. Penonton yang duduk kursi terasa sangat hikmat, menikmati pertunjukan yang silih berganti menyilaukan mata karena kostumnya yang beraneka warna, bahkan juga silau oleh lighting yang berwarna warni, bahkan kadang pemainnya menjadi siluet, gelap disatu sisi tubuh penari. Tapi penonton seni pertunjukan Kota Malang tampak rindu dan haus hiburan kreatif, atau setidaknya yang spektakuler. Mereka tampak sangat menjadi ingin tahu ada kerja kreatif dari seniman mancanegara, dan menyadari, bahwa budaya tidak bisa berhenti berproses.
        Kolaborasi dalam kerja seni pertunjukan bertajuk Panji Semirang itu bertemu dan meleburkan teknik dan mengkaburkan identitas. Sungguhpun, tampilannya masih tetap dapat menjaga jati dirinya melalui kostum, dan terkadang musik, gerak personal masih dapat ditonjolkan karena kualitas kepenarian yang kental tradisinya, namun secara kelompok tampak dipacu untuk melahirkan tampilan baru, bahkan ada sedikit memaksa untuk tidak setia pada ‘gerak ibu’. Seperti pada penguatan pada bagian klimaks, seperti ada porsi tuan rumah untuk menguatkan teknik lokalnya. Sungguhpun ada paksaan untuk menghianati citra etnik atas nama inovasi dan kreativitas.
        Tampilan ending yang cantik, bahwa sutradara tampak mengakui, bahwa “panji” memang sudah tidak kembali ke Jawa, mereka harus menikah dan dinobatkan di Thailand. Ini spirit mesianistik yang diyakini oleh masyarakat Thailand tentang keberaaan Ino, yaitu Panji dari Jawa yang akan menjadi pencerahan sosial dan spiritual.
 
 
Penulis     : R. Hidajat
Editor       : Muhammad Afaf Hasyimy

Posting Komentar untuk "Panji Asean, Kolaborasi Pertahankan Identitas dalam Balutan Kreativitas"